Skandal apa lagi ini? Gate biasanya diartikan sebagai skandal. Tapi battery gate yang dipakai sebagai bagian dari judul salah satu berita media online beberapa waktu lalu bukan dimaksudkan sebagai skandal. Ini lebih berkaitan dengan masalah baterai pada iPhone 4S.
     Seperti yang dikabarkan banyak media akhir-akhir ini, iPhone 4S mengalami masalah baterai yang lumayan serius. Banyak penggunanya yang menegeluh. Keluhan ini bahkan muncul tak seberapa lama setelah produk yang laris manis itu diluncurkan. Baterainya berkurang satu persen setelah satu sampai dua menit, bahkan ketika iPhone tidak sedang dipakai.
     Masalah ini dijawab oleh Apple dengan meng-update sistem operasinya ke iOS 5.0.1 pada 10 November lalu. Update ternyata tidak menolong. Pengguna masih mengeluhkan pendeknya umur baterai.
     Ada seorang developer aplikasi yang tidak mau disebut namanya mengamati masalah ini. Seperti dikatakannya kepada ZDnet.com, problem tersebut sebenarnya terletak pada software, bukan pada hardware-nya.
     Kesimpulan itu didapat dari pengamatannya pada iPhone yang dibeli di tempat yang sama dan menggunakan operator (AT&T) yang sama juga. Tetapi kedua smartphone memiliki konfigurasi dan aplikasi terinstal yang berbeda. Salah satunya merupakan test bed untuk pengembangan aplikasi yang ia lakukan, yang lain memiliki konfigurasi bisa yang sama dengan iPhone lainnya. Smartphone yang memiliki konfigurasi biasa yang tidak diubahnya tersebut mengalami masalah baterai.
     Bahwa software yang lebih menjadi biang masalahnya juga telah diperkuat oleh pengalaman seorang editor dari ZDnet.com. Editor tersebut meng-update OS iPhone 4 miliknya ke iOS 5.0.1. Setelah update ia mengalami masalah baterai. Padahal sebelum update OS, baterainya tidak bermasalah dan justru lebih awet.
     Dari kedua kejadian tersebut untuk sementara kita dapat berkesimpulan bahwa sistem operasi berperan penting pada keawetan baterai. Pertanyaannya sekarang, sistem operasi mana yang lebih dapat menghemat baterai pada smarthphone? iOS, Android, Symbian, BlackBerry OS, MeGo, Bada, atau lainnya?

Smartphone berlayar sentuh dan lebar itu memang menyenangkan. Produk keluaran baru seperti Samsung Galaxy S II dan beberapa model dari HTC dan juga LG, memiliki layar hingga 4,3 inci. Apa saja bisa ditampilkan dengan jelas, baik itu foto, halaman Web, maupun tampilan dokumen seperti spreadsheet. Huruf-huruf dapat diperbesar dan tampilan dapat di-zoom secara mudah dengan hanya sentuhan di layar.

Desain smartphone kategori high-end ini umumnya juga sangat bagus. Fasilitas yang menyertainya juga menggiurkan, seperti kamera resolusi tinggi yang bisa merekam video high-definition. Pokoknya semuanya tampak menarik dan kelihatan begitu sempurna. Tapi benarkah demikian?

Ternyata memang tak ada gading yang tak retak. Begitulah memang dunia. Kesempurnaan hanya milik-Nya.

Kelegaan layar dan kecanggihannya harus ditukar dengan umur baterai yang sangat pendek. Seberapa pendek? Sangat pendek! Kalau smarthphone itu sering dipakai, tak sampai sehari harus charge ulang.

Ini barangkali sangat mengecewakan, terutama bagi mereka yang belum pernah memiliki smartphone layar sentuh.

Awalnya penulis duga borosnya baterai itu disebabkan oleh kombinasi layar lebar dan layar sentuhnya. Tetapi seorang teman yang juga baru memiliki smartphone layar sentuh, dengan ukuran layar yang lebih sempit juga mengeluhkan hal yang sama. Dia bilang OS Android yang jadi biangnya. Alasannya, smartphone lain dengan OS yang sudah lama terkenal, yang juga berlayar sentuh dan lebar, baterainya lebih awet.

Nah lo! Jadi benarkah Android yang bikin boros baterai? Tentu tidak boleh buru-buru menghakiminya. Masih perlu diadakan pengujian dan testimoni dari beberapa pemakai untuk mengungkap masalah ini.

Seorang pramu niaga smartphone di Jakarta Selatan mengatakan, baterai smartphone umumnya memang pendek. “Blackberry juga boros baterai Pak,” ungkapnya. O begitu ya rupanya.

Bagaimana dengan pengalaman Anda? Mungkin Anda telah menggunakan smartphone sejak lama. Anda berpendapat sama bahwa smartphone memang boros baterai?

Bertahun-tahun saya menggunakan Palm, yaitu sejak PDA klasik dengan layar yang masih monokrom. Kemudian saya ganti dengan Palm C yang layarnya sudah berwarna, ada keyboard QWERTY, ada WiFi pula. Dan terakhir saya ganti dengan Palm 650 yang sudah menjadi smartphone, bukan lagi PDA saja. Sejak hampir empat tahun yang lalu, saya tetap setia dengan model 650 ini walaupun sudah keluar model baru berkali-kali.

 

PalmPreSekarang Palm mengumumkan model baru Palm Pre yang menggunakan sistem operasi baru WebOS. Sistem operasi baru ini tidak lagi kompatibel dengan Palm yang lama. Seperti namanya, WebOS memang “berbau-bau” Web. Pembuat aplikasi akan menggunakan bahasa Web standar seperti CSS, XHTML, dan JavaScript. Dengan demikian, menurut pihak Palm, akan lebih banyak orang yang dapat membuat program aplikasi untuk peranti baru tersebut. Kan banyak sudah orang yang menguasai bahasa “internasional” Web itu, begitu alasannya.

 

PalmPre dirancang dengan fungsi yang mirip iPhone, yaitu sebagai peranti kerja dan hiburan. Salah satu kelebihan utama PalmPre adalah Synergy. Synergy mentautkan informasi kontak yang tersebar di berbagai aplikasi. Contohnya, kontak yang disimpan di Outlook, account di Google dan Facebook, dapat ditampilkan dalam satu tampilan. Synergy akan mengenalinya sebagai satu orang. Memperbarui (update) kontak pada WebOs secara otomatis akan memperbarui semua informasi kontak dan account di PC maupun di Web tadi.

 

Palm Pre memiliki layar 3,1 inci, 320×480-pixel dengan keyboard QERTY model sliding, mendukung koneksi HSDPA. Selain itu ada fasilitas Wi-Fi, GPS, dan Bluetooth (termasuk Bluetooth stereo). Kapasitas penyimpanannya 8GB dengan bobot 135g.

 

Di Amerika Palm Pre akan diluncurkan semester pertama tahun ini. Di Eropa menyusul setelah itu dan mungkin juga langsung ke Asia.

 

Tampaknya menarik. Ganti Palm jadul saya dengan yang ini gak ya?